Wednesday, August 26, 2015

Book Review : Urara


Judul : Urara
Bahasa : Indonesia
Penerbit : MNC
Tebal : 176 halaman
Diterbitkan pertama kali : 18 Februari 2015

Mine Sonoda adalah wanita berusia 29 tahun, menikah, dan berkarier mapan sebagai editor majalah fashion terkemuka di Tokyo. Sampai suatu hari ia mengalami goncangan dalam kehidupannya yang tenang: suaminya berselingkuh dan mereka pun bercerai. Mine Sonoda yang terguncang kemudian memutuskan untuk berlibur ke Pulau Urara, pulau kecil yang santai, hangat dan jauh dari hiruk pikuk kota besar. 
Di Urara, Mine tinggal di resort merangkap restoran milik sahabatnya. Dalam kesedihannya, Mine bertekad untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Namun takdir mempertemukannya dengan Ayuto Kubo dan Takuya Hamazaki, dua lelaki yang mengisi hari-hari Mine di Urara.

Sebenarnya sudah agak lama saya membeli komik ini, itu pun minus jilid 1 karena di Gramedia keburu habis. Jadi saya hanya memiliki buku 2, 3 dan 4. Mungkin itu sebabnya saya jadi malas-malasan waktu membaca komik ini pertama kali. Langsung baca mulai jilid 2 itu rasanya kok kaya ada sesuatu yang putus, nggak nyambung, nggak dapat feelingnya :D Yaa, karena itu tadi, tidak tahu isi jilid 1 nya. Saya berhenti di buku 2.
Tapi kemudian, entah bagaimana, saya mendapatkan hidayah untuk membaca kembali buku ini. Ok, I'll give it a try. Saya mencoba untuk re-read. Tanpa diduga, di momen kedua ini saya bisa menikmati Urara. Mungkin harus sesuai dengan mood kali ya, mood nya kemarin sedang pingin baca cinta monyet ala shoujo manga. Sedangkan Urara menurut saya tidak masuk ke dalam kategori shoujo, melainkan josei manga.
Josei manga, adalah manga dengan target pembaca wanita yang lebih dewasa dibandingkan shoujo manga. Karena perbedaan target pembaca itulah, Urara menuturkan tentang kisah yang menurut saya lebih realistis dibanding dengan cerita cinta full romantisme yang bikin deg-degan dan histeris kyaa! kyaa! seperti yang sering saya baca di komik-komik shoujo.

Mine Sonoda yang ibaratnya dalam posisi "hancur lebur" karena diselingkuhi dan bercerai dengan suaminya, memperoleh ketenangan dan kehangatan dalam kehidupan barunya di Urara yang jauh dari hiruk pikuk kota besar. Di Urara, Mine membangun kembali hidupnya. 

Walaupun bertekad untuk tidak berhubungan dengan pria, tapi kehadiran Ayuto Kubo (Ayu), putra kedua pemilik perusahaan pertanian di Urara dan Takuya Hamazaki, koki yang bekerja di restoran sahabatnya, mulai memasuki hati Mine. Ayu yang ramah dan ceria, terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya pada Mine. Mine yang merasa nyaman dengan Ayu akhirnya pun mencoba kembali untuk menjalin hubungan. Walaupun Mine telah bersama dengan Ayu, namun ada bagian dari dirinya yang ia tidak mengerti, yang masih terus memikirkan Hamazaki, padahal Hamazaki sendiri sudah punya pacar.

Cerita cintanya sih sebenarnya biasa saja, bisa ditebak dan tema percintaan dua pria-satu wanita ini sudah sering diangkat. Yang menarik bagi saya justru perubahan diri Mine. Pergolakan yang dialaminya, pengalamannya dan hidup baru yang dijalaninya di Pulau Urara, kemudian orang-orang di sekitarnya, bersama dengan pertanyaan dan pemikiran Mine untuk dirinya sendiri, telah mengubah Mine yang terpuruk menjadi Mine yang baru dan berarti. Mine Sonoda pada akhirnya mengambil langkah berani, keluar dari zona nyaman kehidupan lamanya, dan memutuskan sesuatu yang sama sekali baru untuk hidupnya.

Pada akhirnya saya kagum pada keberanian dan kesungguhan Mine untuk menjalani hidup barunya. Melihat tekad Mine, orang-orang yang mendukungnya, Pulau Urara, dan tentu saja lelaki yang pada akhirnya dipilih Mine (hehehe... siapakah Mr. X ini silakan baca saja yaa.. ;)), saya merasa Mine pasti akan berhasil dan berbahagia. Ganbatte, Mine!

Untuk buku ini, saya memberi rating tiga setengah bintang. Buku ini direkomendasikan untuk anda yang ingin membaca manga dengan cerita yang lebih realistis dan dewasa, dibanding percintaan super romantis anak SMA. :)
 
post signature

Saturday, August 1, 2015

Book Review : Alice in Wonderland


Judul : Cerita Bergambar Disney Alice in Wonderland
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 38 halaman
Diterbitkan pertama kali : Oktober 2011


Suatu hari di musim semi yang cerah di taman, seorang gadis bernama Alice duduk di pohon. Kakak perempuan Alice membaca buku. Alice ingin membuat kalung bunga. Alice bosan. Ia ingin mengunjungi dunianya sendiri.

"Duniaku adalah tempat penuh keajaiban," kata Alice.


Alice in Wonderland adalah salah satu cerita klasik paling terkenal yang ditulis Lewis Carroll pada tahun 1865. Kisah ini menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Alice yang terjatuh ke dalam lubang kelinci dan masuk ke dalam dunia fantasi yang penuh makhluk ajaib. Kali ini, kisah klasik Alice diterbitkan dalam bentuk cerita bergambar dwibahasa (Inggris-Indonesia) untuk anak.


Saya (Najwa sih, maksudnya :p) mendapatkan buku ini sebagai hadiah dari tantenya yang datang berkunjung saat Lebaran kemarin. Terus terang saya belum pernah membaca cerita Alice secara utuh, hanya pernah baca sepotong-sepotong, nonton filmnya juga tidak pernah full, mengikuti serinya juga tidak sampai selesai, jadi seperti apa kisah Alice sebenarnya, saya tidak terlalu paham. Saya hanya tahu dia nyemplung ke lubang kelinci, lalu masuk ke dunia fantasi yang penuh makhluk ajaib, lalu ujug-ujug bisa balik lagi ke dunia nyata. Apa yang terjadi selama nyemplung itu, saya tidak terlalu paham. Jadi pas buku ini diterima Najwa, yang kemudian mengajak saya baca bareng, ya dengan senang hati maknya ini pun ikutan membaca mendengar pendongeng cilik membacakan kisahnya.


Cerita dimulai dengan Alice dan kakaknya yang sedang duduk-duduk di taman. Kakaknya sibuk membaca buku, sedangkan Alice yang disergap rasa bosan sibuk berkhayal tentang dunia fantasi penuh keajaiban yang ingin ia kunjungi. Di tengah lamunannya, tiba-tiba di hadapan Alice melintas seekor kelinci dengan jaket, celana panjang dan jam besar. Alice yang penasaran kemudian mengikuti kelinci itu, turut memasuki lubang dan terjatuh ke dalamnya. Saat itulah, Alice masuk ke dalam dunia lain, dunia penuh makhluk ajaib dan hal-hal aneh, sebagaimana ia inginkan. 


Dalam buku setebal 36 halaman ini, kisah Alice dituturkan dengan lebih sederhana namun tetap mengalir dengan baik. Di buku ini, Alice bertemu dengan pintu ajaib yang bisa berbicara, Tweedledee dan Tweedeldum yang suka menyanyi, Cheshire Cat yang bisa menghilang, Ratu Hati, dan tokoh-tokoh lainnya. 


Karena buku ini ditujukan bagi anak-anak, maka cerita pada setiap halaman dibuat sederhana dengan kalimat yang tidak terlalu panjang untuk mempermudah anak-anak memahami isi cerita. Walaupun demikian, kisah Alice dalam buku ini tetap menarik dan mengalir dengan baik. Sebagaimana disebut dalam pengantar buku ini, bahwa buku yang terlalu rumit bisa memadamkan semangat belajar anak, sementara yang terlalu mudah/sederhana membuat mereka bosan.


Selain ceritanya yang mudah untuk dinikmati, ada juga hal-hal yang bisa menjadi bahan diskusi dengan anak, misalnya di akhir cerita dimana Alice menyimpulkan bahwa memiliki dunianya sendiri tidaklah semenyenangkan yang ia kira, dan ia bahagia kembali ke rumah. Bisa juga mendiskusikan berbagai karakter tokoh-tokohnya, misalnya Ratu Hati yang mudah marah dan tidak mau mendengarkan.


Buku ini saya rekomendasikan bagi anda yang mencari bacaan untuk anak. Untuk buku ini saya memberikan rating tiga bintang.


post signature