Friday, December 19, 2014

Book Review : Fortunately, The Milk


Judul : Fortunately, The Milk

Pengarang : Neil Gaiman, Skottie Young (US Version) / Chris Riddle (UK Version)
Bahasa : Inggris
Penerbit : HarperCollins
Tebal : 114 halaman
Format : Ebook
Diterbitkan pertama kali : September 2013
Genre : Children Literature


"I bought the milk," said my father. "I walked out of the corner shop, and heard a noise like this: T h u m m t h u m m. I looked up and saw a huge silver disc hovering in the air above Marshall Road."

"Hullo," I said to myself. "That's not something you see every day. And then something odd happened."

Review :

Membaca buku ini, banyak 'pertama kali' nya bagi saya. Pertama kalinya saya membaca buku Neil Gaiman, pertama kalinya saya membaca buku dalam format ebook dan berhasil menyelesaikannya, dan pertama kalinya saya membaca buku anak setelah sekian lama (lupa kapan terakhir baca buku kategori children literature).

Cerita bermula ketika Ibu (Mum) harus meninggalkan rumah selama beberapa hari untuk menghadiri konferensi. Selayaknya Ibu yang hendak meninggalkan keluarganya selama beberapa lama, tentunya banyak pesan-pesan sponsor yang dititipkan pada Ayah (Dad) terkait urusan rumah dan anak-anak (makan, les, kunci cadangan, tukang ledeng) I heart you, Muuum... Samaaa kaya sini tiap kali mo dines luar kota, pesan sponsornya udah kaya mo bikin surat wasiat XD. Selayaknya Ayah yang umumnya nggak gitu ngeh sama hal begituan, menyimaknya pun setengah hati sambil baca koran. Walhasil pesan sponsor yang diserap pun akhirnya nggak seratus persen (I heart you too on this part, Mum -__-). Ayah melupakan bagian akhir : susu sudah hampir habis.

Ketika anak-anak akan sarapan keesokan harinya, mereka baru menyadari kehabisan susu, dan tidak mungkin makan sereal tanpa susu. Waktu anak-anak menyampaikan ini pada Ayah, jawaban Ayah bikin gedubrak :

"We can't eat our cereal," said my sister, sadly.

"I don't see why not," said my father. "We've got plenty of cereal. There's Toastios and there's muesli. We have bowls. We have spoons. Spoons are excellent. Sort of like forks, only not as stabby."

:D Ini tipe Ayah yang suka ngejeplak ngomong apa aja sesuka hatinya. Plis dong Pak, gak bisa makannya tu karena gak punya susu...

Ketika anak-anaknya berkata bahwa tidak-bisa-sarapannya itu karena tidak adanya susu, Ayah terlihat nyaris menyarankan sarapan yang lain saja, yang tidak perlu pakai susu, contohnya sosis. Sampai Ayah tiba-tiba tersadar...

...then he looked like he remembered that, without milk, he couldn't have his tea. He had his "no tea" face.

Saya jadi berpikir bahwa keluarga ini tinggal di Inggris atau keluarga asal Inggris, karena kebiasaan minum teh nya, apalagi pada laki-laki. Dimana umumnya wajah garing para pria di belahan bumi lain baru muncul kalau tak ada kopi, tapi di sini ekspresi merana itu muncul tatkala tak ada teh.


Tradisi tea time di Inggris yang elegan dengan cangkir klasik motif floral, kue-kue manis, dan tak lupa teh serta susu. Picture taken from here.

Dan mengalahlah sang Ayah. :D Keluarlah ia untuk membeli susu. Sementara anak-anaknya menunggu... menunggu.. dan menunggu.. sampai akhirnya sang Ayah nongol kembali di hadapan mereka. Anak-anak yang bete pun bertanya kemana saja Ayah mereka selama ini? Dan jawaban Ayah adalah blurp yang tertulis di atas tadi :

"I bought the milk," said my father. "I walked out of the corner shop, and heard a noise like this: T h u m m t h u m m. I looked up and saw a huge silver disc hovering in the air above Marshall Road."

"Hullo," I said to myself. "That's not something you see every day. And then something odd happened."

Well, something ODDER happened. Ayah bercerita apa yang dia alami selama "menghilang" untuk membeli susu. Cerita yang melibatkan alien, dinosaurus, bajak laut, manusia purba, vampir dan mesin waktu. Semuanya dilalui Ayah demi membawa pulang susu ke rumah. Dan di setiap bagian cerita, tak lupa Ayah selalu berkata...

"Fortunately, I had kept tight hold of the milk..."

Bener-bener kalimat itu sepanjang cerita tidak pernah lupa dilupakan. Jadi sang Ayah selalu menegaskan bahwa si susu aman dan menempel terus padanya. Walaupun ada sih, saat dimana Ayah benar-benar kehilangan susu itu. :D

Fortunately, The Milk bertutur tentang petualangan yang dilewati Ayah dalam perjuangan untuk membawakan susu bagi anak-anaknya. Petualangan yang ajaib, absurd, dan penuh kejutan.

Saya suka dengan karakter Ayah di sini, jago ngeles, banyak akal dan kocak, tapi cool. Anak-anaknya mengimbangi karakter Ayah mereka dengan tetap realistis, logis, dan (sedikit) sarkastis.

Cerita mengalir dengan menarik dan happy ending (iya, si botol susu dan isinya, plus yang membawanya - Ayah, akhirnya sampai ke rumah dengan selamat). Fortunately, The Milk juga diperkaya dengan ilustrasi keren. Ada dua versi ilustrasi buku, versi US dikerjakan oleh Skottie Young, dan versi UK oleh Chris Riddle. Yang saya baca adalah versinya Skottie Young. Saya tidak terlalu paham seni, dan tidak tahu jenis gaya gambar yang dianut Young, tapi gaya gambarnya yang tidak "biasa" bagi saya tetap keren, membuat buku ini tampil "beda" dan saya sangat menyukainya.

Meet the awesome Dad and his children. :)

Banyak hal-hal kocak yang saya temui dalam buku ini, seperti istilah-istilah aneh yang digunakan Profesor Stegosaurus untuk menamai benda-benda, contohnya balon udara dia sebut dengan Floaty-Ball-Person-Carrier dan buah kelapa dengan hard-hairy-wet-white-crunchers :D. Ada juga momen dimana ke-absurd-an cerita ayahnya sudah mengarah jadi mustahil, seperti adanya piranha di tengah lautan, yang langsung disela sang anak :

"Hang on," I said. "Piranhas are a freshwater fish. What were they doing in the sea?"

:D

Dan klimaksnya, benarkah apa yang diceritakan Ayah? Sungguhkah semua hal absurd itu benar-benar terjadi? Bagaimana bila Ayah membawa bukti untuk semua ceritanya? 

Anda akan menemukannya di akhir buku ini. ;)

Secara keseluruhan saya sangat menikmati dan terhibur dengan buku ini. Tidak terlalu tebal, tapi menarik. Walaupun genre nya children literature, buku ini bisa diterima semua kalangan yang menyukai cerita imajinatif, ringan dan kocak. Anda bisa membacanya bersama putra-putri Anda, atau membaca untuk diri Anda sendiri, tetap menghibur. Untuk Fortunately, The Milk saya memberikan rating empat bintang.

Jadi kepingin baca buku Neil Gaiman yang lain. Ada saran? ;)

2 comments:

  1. Ahahahahah, interesting and funny! Bukunya mahal ndak yaa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang versi bahasa Inggris karena impor ya lumayan mahal. Tapi kabarnya Januari 2015 konon bakal terbit versi terjemahan Indonesianya, harganya tentu lebih murah :)

      Delete