Showing posts with label 3 bintang. Show all posts
Showing posts with label 3 bintang. Show all posts

Saturday, August 1, 2015

Book Review : Alice in Wonderland


Judul : Cerita Bergambar Disney Alice in Wonderland
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 38 halaman
Diterbitkan pertama kali : Oktober 2011


Suatu hari di musim semi yang cerah di taman, seorang gadis bernama Alice duduk di pohon. Kakak perempuan Alice membaca buku. Alice ingin membuat kalung bunga. Alice bosan. Ia ingin mengunjungi dunianya sendiri.

"Duniaku adalah tempat penuh keajaiban," kata Alice.


Alice in Wonderland adalah salah satu cerita klasik paling terkenal yang ditulis Lewis Carroll pada tahun 1865. Kisah ini menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Alice yang terjatuh ke dalam lubang kelinci dan masuk ke dalam dunia fantasi yang penuh makhluk ajaib. Kali ini, kisah klasik Alice diterbitkan dalam bentuk cerita bergambar dwibahasa (Inggris-Indonesia) untuk anak.


Saya (Najwa sih, maksudnya :p) mendapatkan buku ini sebagai hadiah dari tantenya yang datang berkunjung saat Lebaran kemarin. Terus terang saya belum pernah membaca cerita Alice secara utuh, hanya pernah baca sepotong-sepotong, nonton filmnya juga tidak pernah full, mengikuti serinya juga tidak sampai selesai, jadi seperti apa kisah Alice sebenarnya, saya tidak terlalu paham. Saya hanya tahu dia nyemplung ke lubang kelinci, lalu masuk ke dunia fantasi yang penuh makhluk ajaib, lalu ujug-ujug bisa balik lagi ke dunia nyata. Apa yang terjadi selama nyemplung itu, saya tidak terlalu paham. Jadi pas buku ini diterima Najwa, yang kemudian mengajak saya baca bareng, ya dengan senang hati maknya ini pun ikutan membaca mendengar pendongeng cilik membacakan kisahnya.


Cerita dimulai dengan Alice dan kakaknya yang sedang duduk-duduk di taman. Kakaknya sibuk membaca buku, sedangkan Alice yang disergap rasa bosan sibuk berkhayal tentang dunia fantasi penuh keajaiban yang ingin ia kunjungi. Di tengah lamunannya, tiba-tiba di hadapan Alice melintas seekor kelinci dengan jaket, celana panjang dan jam besar. Alice yang penasaran kemudian mengikuti kelinci itu, turut memasuki lubang dan terjatuh ke dalamnya. Saat itulah, Alice masuk ke dalam dunia lain, dunia penuh makhluk ajaib dan hal-hal aneh, sebagaimana ia inginkan. 


Dalam buku setebal 36 halaman ini, kisah Alice dituturkan dengan lebih sederhana namun tetap mengalir dengan baik. Di buku ini, Alice bertemu dengan pintu ajaib yang bisa berbicara, Tweedledee dan Tweedeldum yang suka menyanyi, Cheshire Cat yang bisa menghilang, Ratu Hati, dan tokoh-tokoh lainnya. 


Karena buku ini ditujukan bagi anak-anak, maka cerita pada setiap halaman dibuat sederhana dengan kalimat yang tidak terlalu panjang untuk mempermudah anak-anak memahami isi cerita. Walaupun demikian, kisah Alice dalam buku ini tetap menarik dan mengalir dengan baik. Sebagaimana disebut dalam pengantar buku ini, bahwa buku yang terlalu rumit bisa memadamkan semangat belajar anak, sementara yang terlalu mudah/sederhana membuat mereka bosan.


Selain ceritanya yang mudah untuk dinikmati, ada juga hal-hal yang bisa menjadi bahan diskusi dengan anak, misalnya di akhir cerita dimana Alice menyimpulkan bahwa memiliki dunianya sendiri tidaklah semenyenangkan yang ia kira, dan ia bahagia kembali ke rumah. Bisa juga mendiskusikan berbagai karakter tokoh-tokohnya, misalnya Ratu Hati yang mudah marah dan tidak mau mendengarkan.


Buku ini saya rekomendasikan bagi anda yang mencari bacaan untuk anak. Untuk buku ini saya memberikan rating tiga bintang.


post signature

Friday, October 17, 2014

Book Review : Amy and Roger's Epic Detour



Judul : Amy and Roger's Epic Detour
 Pengarang : Morgan Matson
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 462 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2010
Format : Paperback
Target : Remaja
Genre : Young Adult Romance, Road Trip Fiction  


Yup. Akhirnya saya selesai juga baca buku ini. Saya beli buku ini karena rating dan reviewnya di Goodreads yang bertabur bintang. Tapi terrrrnyataa... butuh perjuangan yang lumayan untuk menyelesaikan buku ini, walaupun akhirnya selesai juga. Fiuh. *lap keringet*

Buku ini tentang?
Buku ini bercerita tentang Amy Curry, remaja cewek yang punya masalah psikologis karena ayahnya meninggal baru-baru ini. Amy, sejak kecelakaan yang mengambil nyawa ayahnya, menjadi pribadi yang sama sekali berbeda, tertutup, menghindar dari orang lain, penyendiri dan cenderung depresif. Hal itu diperparah dengan tidak adanya orang yang mendukung di sekitarnya. Amy tinggal sendiri di rumah lama keluarga mereka karena adiknya - paska kecelakaan itu - masuk pusat rehabilitasi obat-obatan, dan ibunya memutuskan pindah ke Connecticut untuk memulai hidup baru.

Perjalanan epik ini dimulai ketika ibu Amy menyuruh Amy menyusulnya pindah ke Connecticut lewat perjalanan darat dengan mobil keluarga mereka. Dalam perjalanan Amy ditemani oleh Roger, anak sahabat ibunya yang khusus dimintai tolong untuk menyetir mobil sampai ke Connecticut. Ibunya telah menyiapkan rencana perjalanan selama empat hari untuk mereka ikuti.

Masalah dimulai ketika Amy dan Roger, yang merasa rute pilihan ibu Amy sangat membosankan, mulai mengubah rute perjalanan mereka. Berubahnya tidak tanggung-tanggung, berubah total. Kadang bahkan perubahan tersebut tidak direncana sama sekali. Perjalanan ke Connecticut yang seharusnya hanya memakan waktu empat hari pun akhirnya jadi molor berhari-hari.

Seluruh buku ini menceritakan perjalanan Amy dan Roger dari California sampai ke Connecticut, dengan beberapa bagian flashback adegan Amy bersama ayahnya. Pada akhirnya, perjalanan ini bagi Amy dan Roger tidak hanya menjadi sekedar perjalanan, tapi juga pencarian, dan penyelesaian atas banyak hal yang mengubah hidup mereka. 

Amy yang akhirnya menerima takdir hidupnya, memperbaiki hubungan dengan ibu dan adiknya, melakukan hal-hal bandel dan spontan yang tak mungkin dilakukan diri Amy yang lama, bahkan Amy mulai membuka hati. Roger yang akhirnya bisa move on dari mantan pacarnya, kemudian mulai melihat Amy dengan cara berbeda. Semua ini dilewati mereka berdua dalam perjalanan panjang tersebut.

Pada akhirnya, perjalanan - sekaligus pencarian - yang mereka lakukan bersama, akhirnya menjadi cara untuk menyelesaikan beberapa hal yang sebelumnya tidak terselesaikan. Dan di akhir cerita, happy ending tentunya, karena baik Amy maupun Roger menemukan tujuan mereka yang sebenarnya.

Mengapa memilih buku ini dan bagaimana pendapat tentang buku ini?
Sudah saya bilang di atas kan, karena rating dan reviewnya di Goodreads yang bertabur bintang. Walaupun, hiks, ternyata butuh upaya yang lumayan melelahkan untuk menyelesaikan buku ini, rada capek bacanya. Rasanya buku ini nggak cocok dengan saya. 

Yang pertama karena karakter Amy yang nggak-tipe-saya banget. Karakternya di awal-awal cerita dark, suram, remaja bermasalah, tipe nggak percayaan sama orang, menyalahkan diri sendiri, menghindari orang lain, dan hal-hal semacam itulah. Oke, dia punya alasan (versi dia) untuk bersikap seperti itu. Tapi kekeraskepalaannya untuk meyakini bahwa sikap yang dia pilih itu benar, menurut saya itu menyebalkan sekali. Lagipula lari dari masalah (yang selama ini dia lakukan), buat saya itu justru memperkusut benang yang sudah ruwet dan terutama, menyusahkan orang lain. Kenapa sih, dia nggak coba membuka pikirannya sedikit saja dan berhenti mengutuk diri sendiri terus-menerus. Memangnya selesai ya, problema hidup dengan bermuram durja sepanjang masa?

Yang kedua, perubahan karakter Amy setelah dia menceritakan semuanya kepada Roger. Roger yang langsung bilang, "bukan salahmu", tiba-tiba bisa membuat Amy langsung terbuka matanya daan...berubah! Hah, serius? Secepat itukah responnya? Sementara selama berbulan-bulan Amy mengubur diri dengan penolakan terhadap orang-orang yang sudah selalu mengatakan hal itu padanya. Memangnya siapa sih Roger? Cowok sangat keren, tapi apa cukup itu saja. Walaupun sudah melakukan tur berhari-hari bersama dan ujung-ujungnya Amy naksir, tapi masa sih seinstan itu, dengan satu sabda dari Roger maka hilanglah semua bebannya.

Yang ketiga, saya bisa paham kenapa Amy naksir Roger, karena selain keren dia juga terbukti baik sekali dan sabar sekali meladeni Amy yang lebih sering menutup diri. Tapi saya gak bisa paham kenapa Roger naksir Amy, selain karena (konon kata beberapa tokoh) Amy cukup cantik. Cantik doang nggak cukup kan, atau mungkin Roger tertarik pada ketertutupan pribadi Amy, dan akhirnya keterbukaannya tentang trauma yang dialaminya, mungkin Roger tipe laki-laki yang tertarik pada cewek bermasalah yang akhirnya mau mengakui masalahnya dan mau berubah. Tapi tetap saja bagi saya karakter Amy kurang kuat untuk membuat saya jatuh hati, gak ada yang spesial gitu loh (tapi untungnya saya bukan Roger ya :D)

Yang keempat, istilah-istilah alias yang digunakan dalam playlist dan dalam scrapbook lumayan mengganggu saya. Mungkin ini masalah terjemahan ya, entah juga, karena saya tidak baca versi bahasa Inggrisnya. Menurut saya alias-alias dan hal-hal yang ditulis dalam scrapbook Amy itu aneh, kadang gak nyambung, dan walaupun maksudnya diharapkan untuk lucu-lucuan, karena gak nyambung dengan suasana cerita di mana itu ditulis, jadinya ya, saya malah terganggu.

Yang kelima, sampai akhir baik Amy maupun Roger tidak yakin apa yang sebenarnya mereka rasakan. Loh, kok bisa?? Bukannya satu kata dari Roger (yang sudah saya bilang di atas tadi) menyelamatkan hidup Amy? Bukannya mereka sudah kencan super romantis sampai ke tempat tidur segala? Lha terus semua itu apaaa maksudnyaaa.....

Fiuh. Capek.

Tapi ada beberapa hal yang saya suka sih. Saya suka karakter Bronwyn yang bersemangat dan dermawan sekali sampai memberi satu koper baju-baju keren untuk Amy (kecuali bagian kamar Bronwyn yang berantakan, karena saya paling gak bisa tidur di kamar berantakan). Saya juga senang karena berhasil menebak jawaban Amelia Earhart lebih dulu dari Amy waktu permainan Dua Puluh Pertanyaan. Suasana road trip, jalanannya dan wisata kulinernya cukup menarik untuk diikuti, jadi ingat masa-masa muda dulu :D waktu masih kuliah. Bedanya, dulu road tripnya naik motor, maklum mahasiswa serba pas-pasan, jadi punyanya cuma motor. :D Saya juga suka Lucien, baik sekali dia ya, baru bertemu sudah servis ini itu kepada tamu yang baru sekali dijumpai. Cuma pas ujungnya Lucien naksir Amy, saya bingung lagi. Apa yang bikin naksir? Masa cuma gara-gara cantik itu tadi. Kayanya kok alasannya kurang mantep. --> fyi, pendapat ini mungkin cuma muncul kalo reviewernya perempuan :D

Berapa bintang?
Rasanya, dengan semua yang sudah saya jembreng di atas, buku ini kok kayanya bukan untuk saya. Mungkin lebih pas untuk anda yang menyukai masa remaja yang serba tidak tertebak, serba spontan. Atau mungkin juga untuk anda yang senang dengan traveling dan road trip. Untuk saya, cukup tiga bintang saja. :)


post signature

Monday, September 29, 2014

Book Review : The Bliss Bakery Trilogy #1 : Bliss




Judul : The Bliss Bakery Trilogy #1 : Bliss
Pengarang : Kathryn Littlewood  
Bahasa : Indonesia  
Penerbit : Noura Books  
Tebal : 308 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2012  

Format : Paperback  
Target : Remaja
Genre : Food Fiction


Ketika musim panas pada ulang tahunnya yang kesepuluh, Rosemary Bliss melihat ibunya mengaduk halilintar ke dalam semangkuk adonan dan mengetahui - dengan seyakin-yakinnya - bahwa orangtuanya menggunakan sihir di toko roti Bliss.

Buku ini tentang?
Cerita keluarga Bliss, Albert dan Purdy Bliss beserta keempat anak mereka : Thyme Bliss (Ty, anak lelaki sulung yang tampan dan menawan), Rosemary Bliss (Rose, anak perempuan satu-satunya yang selalu menjadi satu-satunya anak yang peduli pada toko roti orangtuanya), Sage Bliss (Sage, adik laki-laki yang lucu dan pandai melawak), serta Parsley (Leigh, si bungsu perempuan yang imut). 

Keluarga Bliss adalah pemilik toko roti Bliss di Calamity Falls. Walaupun kecil, toko roti Bliss selalu ramai dikunjungi para penduduk Calamity Falls yang mengantri membeli kue-kue yang dijajakan sedari pagi. Di balik kelezatan kue dan tampilannya sebagai toko roti kecil "biasa", Albert dan Purdy Bliss menyimpan rahasia besar, mereka menggunakan sihir dalam resep-resepnya. Kue-kue dengan resep yang menggunakan bahan-bahan aneh dalam adonannya seperti nyanyian burung bul-bul, kuapan musang, ekor awan, bahkan halilintar. Kue-kue "aneh" tersebut digunakan pasangan Bliss secara diam-diam untuk membereskan berbagai bencana baik besar maupun kecil di Calamity Falls. Semua rahasia resep sihir tersebut tersimpan aman dalam buku Bliss Cookery Booke yang dijaga baik-baik oleh keluarga Bliss turun-temurun.

Pada suatu hari, Albert dan Purdy harus pergi ke kota Humbleton untuk membantu walikota Humbleton memberantas penyakit flu musim panas yang menjadi wabah di kota - dengan bantuan kue-kue Bliss. Albert dan Purdy terpaksa meninggalkan anak-anak mereka untuk sementara. Sebelum pergi, Albert dan Purdy mempercayakan kunci tempat penyimpanan Bliss Cookery Booke kepada Rose.

Tak lama setelah orangtua Bliss pergi, muncul wanita misterius yang mengaku sebagai Lily, bibi mereka. Lily meyakinkan anak-anak Bliss bahwa ia adalah bagian keluarga Bliss dengan menunjukkan tanda lahir berbentuk sendok sup - yang secara ajaib memang dimiliki turun-temurun oleh setiap anggota keluarga Bliss. Lily yang cantik memesona, baik hati, dan selalu cakap, segera memikat Ty dan Sage. Namun Rose selalu merasa curiga ada yang tak beres dengan bibinya tersebut. 

Masalah kemudian datang silih berganti ketika Rose, Ty, dan Sage mulai mempraktikkan resep-resep kue sihir yang ada dalam Bliss Cookery Booke. Kue-kue sihir mereka mulai mendatangkan berbagai kekacauan di kota yang makin lama makin tak terkendali! 

Rose mulai bimbang apakah mereka harus meminta bantuan bibi Lily untuk membereskan masalah tersebut - yang berarti sekaligus menunjukkan padanya bahwa mereka memiliki Bliss Cookery Booke, atau tetap diam dan melihat bencana melanda seisi kota. Apalagi, Rose merasa, bibi Lily ingin menguasai Bliss Cookery Booke!

Mengapa memilih buku ini?
Well, yang pertama karena sampulnya, yang kedua karena judulnya. Sampulnya bagus banget, bergambar toko roti kecil yang gemerlap. Ditambah lagi judulnya, kelihatan jelas kalau ini adalah food fiction, dan saya penggemar food fiction. :D Baru lihat sampul dan baca judul saja sudah berasa lapar.

Kemudian karena sinopsis di belakangnya menunjukkan bahwa ini adalah toko roti dengan tambahan sihir di dalamnya, saya jadi tambah penasaran, jadilah masuk keranjang belanja. :D

Hal yang disukai dari buku ini?
Resep-resepnya :D. Walaupun aneh, resep kue tetaplah resep kue. Karena hasilnya dideskripsikan "cantik", jadi ya walaupun resepnya aneh, tetaplah membuat pembacanya lapar, haha. :D

Saya menyukai bagian di mana Bliss bersaudara akhirnya dapat bekerja bersama untuk membereskan masalah mereka (walaupun melibatkan bibi Lily juga). 

Saya juga menyukai hubungan antara Ty dan Rose yang - walaupun Rose merasa orangtua (dan orang lain) lebih menyayangi abangnya yang tampan dibandingkan dirinya yang biasa-biasa saja - Ty menunjukkan bahwa dia sebenarnya cukup perhatian kepada saudarinya, sampai-sampai punya panggilan sayang, mi hermana (saudariku, dalam bahasa Spanyol). Dalam banyak hal mereka berdua saling membantu, tidak seperti hubungan kakak-adik di beberapa fiksi remaja yang seringkali digambarkan sebagai pesaing dan saling membenci satu sama lain.

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Ini sebenarnya lebih pas digolongkan ke dalam teen food fiction, jadi pas untuk bacaan anak yang beranjak remaja, ceritanya ringan dan ABG banget, seperti Rose yang merasa diabaikan dan kurang disayang dibanding saudara-saudaranya. Untuk saya pribadi, alur ceritanya simpel dan gampang ketebak, sehingga bacanya flat aja, kurang menggebu-gebu karena ya itu tadi, kayanya sudah tahu ujungnya bakal bagaimana. 

Karakter favorit:
Saya tidak punya karakter favorit khusus. Setiap karakter memiliki sisi baik dan buruknya masing-masing, berimbang. Tidak ada yang benar-benar baik maupun benar-benar jahat. Bahkan bibi Lily pun punya banyak hal baik di samping hal buruk.  

Quote favorit:
Ada sebuah keajaiban di antara kedua sejoli itu, saat sinar jingga matahari terbenam melintasi pepohonan, tapi keajaiban itu tak ada hubungannya dengan mantra atau stoples. Yang ada hanyalah keajaiban dalam diri seseorang untuk mau berubah, berkembang, dan menyembuhkan diri, tanpa bantuan sihir sama sekali.

Berapa bintang?
Ceritanya ringan dan alurnya sederhana. Bagi saya agak sedikit membosankan, tapi cocok dihadiahkan untuk sepupu atau keponakan yang baru beranjak remaja. Untuk buku ini saya memberikan rating : tiga bintang.



post signature

Monday, January 27, 2014

Book Review : The Chocolate Thief


Judul : The Chocolate Thief
Pengarang : Laura Florand  
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Bentang Pustaka  
Tebal : 410 halaman 
Diterbitkan pertama kali : Mei 2013  
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Romance comedy (chicklit)  
Beli di : Gramedia

Blurb:
Paris-fashion, romantis, dan cokelat. Namun, tidak untuk wanita Amerika sepertiku. Aku sudah tidak tahan lagi berjalan (sok) anggun dengan high heels ini. Menurutku, Paris juga bukan kota teromantis di dunia. Dan tolong catat, semua ini berawal dari Sylvain Marquis yang dengan sombongnya menolakku untuk bekerja sama.

Oh, God! Apa dia tidak mengenaliku? Aku ini Cade Corey, pewaris takhta Corey Chocolate, perusahaan cokelat terbesar di Amerika. Oke, lihat saja .... Memangnya hanya dia satu-satunya pembuat cokelat terbaik di dunia ini?!

Buku ini tentang:
Cade Corey, miliuner, putri pemilik Corey Chocolate, perusahaan cokelat terbesar di Amerika, yang bermaksud merintis lini bisnis baru berupa cokelat premium. Dalam upayanya merintis bisnis ini, Cade datang ke Paris untuk menawarkan kerja sama bisnis pada Sylvain Marquis, pembuat cokelat terbaik Paris (bahkan dunia) untuk bergabung bersamanya. Tapi Cade lupa, bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang, termasuk Sylvain Marquis dan cokelatnya yang menolak mentah-mentah penawaran yang ia ajukan. Setelah menempuh berbagai usaha yang akhirnya gagal, Cade yang putus asa pun memutuskan untuk mencuri saja resep cokelatnya. Buku ini menceritakan tentang usaha Cade meraih keinginannya, perseteruannya dengan Sylvain, dan ketertarikan aneh di antara mereka berdua.
 
Kenapa memilih buku ini?
Saya tertarik pertama kali karena sampulnya. Sampulnya warna peach, one of my favorite color, bahkan cat tembok rumah saya pun warnanya ini. :D Kemudian gambar sosok perempuan yang melintas di depan menara Eiffel membawa tas belanja terlihat manis sekali, khas chicklit sekali. Yang kedua, karena judulnya, The Chocolate Thief, dan saya adalah fans berat cokelat. I need no more reason, sehingga saya yang waktu itu mampir ke Gramedia karena kepingin bacaan ringan akhirnya jatuh hati dan memboyong buku ini ke kasir.

Hal yang disukai dari buku ini?
Banyak menggambarkan makanan yang enak-enak. :D Mulai dari menggambarkan berbagai macam hal tentang cokelat dari bahan baku, cara membuat sampai hasil akhirnya, roti di bakery Prancis, menu di restoran Prancis yang sarat lemak, sampai acara memasak di dapur apartemen. Pokoknya, membaca buku ini membuat saya sering merasa tiba-tiba lapar. :D

Settingnya di kota Paris. Kota yang terkenal romantis ini membingkai manis sebagai latar kisah cinta tarik-ulur antara kedua tokohnya. Cara penulis mendeskripsikan jalanan Paris yang elegan, Seine dengan air yang berkilau, dan bangunan-bangunan pentingnya yang diturunkan sebagai warisan beratus tahun. 

Cara penulis menggambarkan sifat dan hubungan kedua tokohnya yang sama-sama egois dan keras kepala, cukup menarik dan membuat saya tersenyum bahkan tertawa di beberapa bagian. Rasanya seperti melihat drama remaja Korea dimana tokoh utama pria dan wanita berantem melulu sepanjang waktu, padahal sebenarnya sama-sama saling menyukai.

Hal yang kurang dari buku ini?
Alur cerita mudah ditebak, khas chicklit. Dari bab pertama saya sudah menduga bahwa hubungan Cade dan Sylvain akan berkembang menjadi hal yang romantis.  

Terjemahannya. Waduh, ini sempat mengganggu banget di awal membaca buku ini. Entah saya yang kurang mampu memahami kalimat terjemahannya atau versi bahasa aslinya memang begini? Saya bahkan curiga ada paragraf yang diterjemahkan mentah-mentah dari Google Translate. :D Ya, pokoknya, menurut saya kurang mengalir begitulah penulisan kalimatnya. Saya adalah tipe pembaca lambat yang berusaha memahami setiap kalimat dengan membacanya baik-baik, kadang satu kalimat saya baca beberapa kali. Menerapkan kebiasaan tersebut pada buku ini justru menyulitkan saya, karena kalimatnya - ya itu tadi, kadang dibaca malah bikin bingung yang baca. :D Saya baru bisa menikmati buku ini, maksudnya terbiasa dengan cara penulisan kalimatnya, setelah melalui kurang lebih 150 halaman atau sepertiga buku ini. Dan ternyata caranya dengan membaca cepat. Maksudnya nggak usah diresapi bener-bener tiap kalimatnya, dibaca sekali saja terus bablas, eh malah jadi dapet "feel"nya.

Buku ini banyak menggambarkan momen kedekatan antara Sylvain dan Cade yang cukup intens, malah saya berpikir kadang terlalu banyak digambarkan. Tidak sampai adegan yang harus disensor sih, tapi tetap saja kalau terlalu sering, lumayan mengganggu juga. Memangnya nggak bisa ya, Cade dan Sylvain bertemu atau saling memikirkan tanpa berfantasi ke arah "situ"?

Karakter favorit:
Sylvain Marquis. Arogansinya, egonya, seleranya yang tinggi, kata-katanya yang ketus, namun sekali jatuh hati ia akan sungguh-sungguh memberikan hatinya. Dan juga karakteristiknya yang, oh, sungguh charming. :D Caranya memperlakukan Cade, menariknya mendekat, kemudian memutus talinya dengan ketus dan membiarkan Cade menjauh. Lalu menyesal karena sesungguhnya ia sangat-sangat menyukai Cade. Ini tipe-tipe cowok keren tokoh utama drama remaja Korea yang cool, populer, dan jaimnya minta ampun, padahal sebenarnya suka setengah mati. Tipe yang mudah memikat pembaca romance seperti saya. :D

Christophe. Food blogger yang membuat sebal dan cemburu Sylvain ini sebenarnya sosok yang ramah, terus terang, lucu dan ceria. Sebenarnya dia bisa menjadi teman yang baik dan menyenangkan kalau saja Sylvain tidak selalu ingin melempari kepalanya dengan batu. Walaupun tentu saja, Christophe yang riang tidak pernah menyadarinya.

Karakter yang kurang disukai:
Chantal. Hahaha, perempuan cantik - modis - mungil - pirang - anggun - hobi belanja (you name it), dan punya segalanya yang bisa membuat semua perempuan di muka bumi iri, serta punya akses ajaib untuk mendekati tokoh utama pria, dan seperti biasa. Gimana nggak menyebalkan, coba. :D Tapi untungnya, dia hanya muncul sesekali.

Buku ini direkomendasikan bagi:
Yang ingin mencari bacaan ringan dan menghibur. Buku ini mungkin juga menarik minat bila anda adalah penggemar drama remaja Korea atau penggemar cokelat seperti saya. Cocok untuk bacaan di waktu senggang yang santai setelah hari yang melelahkan, sembari meneguk secangkir cokelat panas.

Berapa bintang:
Saya cukup terhibur dengan kisah cinta antara Cade dan Sylvain, walaupun sedikit terganggu dengan gaya penulisan kalimatnya (entah memang begitu atau karena terjemahannya), maka untuk buku ini saya memberikan tiga bintang.

Postingan ini juga menjadi salah satu review untuk New Authors Reading Challenge 2014.


post signature