Showing posts with label 3.5 bintang. Show all posts
Showing posts with label 3.5 bintang. Show all posts

Wednesday, August 26, 2015

Book Review : Urara


Judul : Urara
Bahasa : Indonesia
Penerbit : MNC
Tebal : 176 halaman
Diterbitkan pertama kali : 18 Februari 2015

Mine Sonoda adalah wanita berusia 29 tahun, menikah, dan berkarier mapan sebagai editor majalah fashion terkemuka di Tokyo. Sampai suatu hari ia mengalami goncangan dalam kehidupannya yang tenang: suaminya berselingkuh dan mereka pun bercerai. Mine Sonoda yang terguncang kemudian memutuskan untuk berlibur ke Pulau Urara, pulau kecil yang santai, hangat dan jauh dari hiruk pikuk kota besar. 
Di Urara, Mine tinggal di resort merangkap restoran milik sahabatnya. Dalam kesedihannya, Mine bertekad untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Namun takdir mempertemukannya dengan Ayuto Kubo dan Takuya Hamazaki, dua lelaki yang mengisi hari-hari Mine di Urara.

Sebenarnya sudah agak lama saya membeli komik ini, itu pun minus jilid 1 karena di Gramedia keburu habis. Jadi saya hanya memiliki buku 2, 3 dan 4. Mungkin itu sebabnya saya jadi malas-malasan waktu membaca komik ini pertama kali. Langsung baca mulai jilid 2 itu rasanya kok kaya ada sesuatu yang putus, nggak nyambung, nggak dapat feelingnya :D Yaa, karena itu tadi, tidak tahu isi jilid 1 nya. Saya berhenti di buku 2.
Tapi kemudian, entah bagaimana, saya mendapatkan hidayah untuk membaca kembali buku ini. Ok, I'll give it a try. Saya mencoba untuk re-read. Tanpa diduga, di momen kedua ini saya bisa menikmati Urara. Mungkin harus sesuai dengan mood kali ya, mood nya kemarin sedang pingin baca cinta monyet ala shoujo manga. Sedangkan Urara menurut saya tidak masuk ke dalam kategori shoujo, melainkan josei manga.
Josei manga, adalah manga dengan target pembaca wanita yang lebih dewasa dibandingkan shoujo manga. Karena perbedaan target pembaca itulah, Urara menuturkan tentang kisah yang menurut saya lebih realistis dibanding dengan cerita cinta full romantisme yang bikin deg-degan dan histeris kyaa! kyaa! seperti yang sering saya baca di komik-komik shoujo.

Mine Sonoda yang ibaratnya dalam posisi "hancur lebur" karena diselingkuhi dan bercerai dengan suaminya, memperoleh ketenangan dan kehangatan dalam kehidupan barunya di Urara yang jauh dari hiruk pikuk kota besar. Di Urara, Mine membangun kembali hidupnya. 

Walaupun bertekad untuk tidak berhubungan dengan pria, tapi kehadiran Ayuto Kubo (Ayu), putra kedua pemilik perusahaan pertanian di Urara dan Takuya Hamazaki, koki yang bekerja di restoran sahabatnya, mulai memasuki hati Mine. Ayu yang ramah dan ceria, terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya pada Mine. Mine yang merasa nyaman dengan Ayu akhirnya pun mencoba kembali untuk menjalin hubungan. Walaupun Mine telah bersama dengan Ayu, namun ada bagian dari dirinya yang ia tidak mengerti, yang masih terus memikirkan Hamazaki, padahal Hamazaki sendiri sudah punya pacar.

Cerita cintanya sih sebenarnya biasa saja, bisa ditebak dan tema percintaan dua pria-satu wanita ini sudah sering diangkat. Yang menarik bagi saya justru perubahan diri Mine. Pergolakan yang dialaminya, pengalamannya dan hidup baru yang dijalaninya di Pulau Urara, kemudian orang-orang di sekitarnya, bersama dengan pertanyaan dan pemikiran Mine untuk dirinya sendiri, telah mengubah Mine yang terpuruk menjadi Mine yang baru dan berarti. Mine Sonoda pada akhirnya mengambil langkah berani, keluar dari zona nyaman kehidupan lamanya, dan memutuskan sesuatu yang sama sekali baru untuk hidupnya.

Pada akhirnya saya kagum pada keberanian dan kesungguhan Mine untuk menjalani hidup barunya. Melihat tekad Mine, orang-orang yang mendukungnya, Pulau Urara, dan tentu saja lelaki yang pada akhirnya dipilih Mine (hehehe... siapakah Mr. X ini silakan baca saja yaa.. ;)), saya merasa Mine pasti akan berhasil dan berbahagia. Ganbatte, Mine!

Untuk buku ini, saya memberi rating tiga setengah bintang. Buku ini direkomendasikan untuk anda yang ingin membaca manga dengan cerita yang lebih realistis dan dewasa, dibanding percintaan super romantis anak SMA. :)
 
post signature

Sunday, January 4, 2015

Book Review : Where'd You Go Bernadette


Judul : Where'd You Go, Bernadette

Penulis : Maria Semple
Bahasa : Inggris
Penerbit : Back Bay Books
Tebal : 326 halaman
Format : Ebook
Diterbitkan pertama kali : 2013


The first annoying thing is how, anytime I ask Dad what he thinks happened to Mom, he always says, "The most important thing is for you to understand it's not your fault." You'll notice that wasn't even the question. When I press him, he says the second annoying thing, "The truth is complicated. There's no way anyone can ever completely know everything about another person."

Mom disappears into thin air two days before Christmas without telling me? Of course it's complicated. Just because it's complicated, just because you think you can't ever know another person completely, it doesn't mean you can't try.

It doesn't mean I can't try.

Review 

Where'd You Go Bernadette adalah buku terakhir yang saya baca di tahun 2014 sekaligus penutup Goodreads Reading Challenge, yang alhamdulillah biar targetnya cuman dikit tapi completed. Yang berat adalah ngumpulin niat buat ngereviu. :D

Where'd You Go Bernadette bertutur tidak dengan narasi novel pada umumnya, melainkan melalui serangkaian email, surat, artikel, memo dan korespondensi lainnya. Seperti Every Boy's Got One-nya Meg Cabot yang bercerita melalui Blackberry dan PDA.

Meet Bernadette Fox, arsitek pemenang penghargaan yang tinggal bersama suaminya, Elgin Branch, jenius pemimpin project besar di Microsoft, dan Bee Branch, anak perempuan remaja mereka - juga jenius - yang duduk di tahun terakhir menjelang kelulusan sekolah Galer Street. Meskipun arsitek pemenang penghargaan, namun mereka tinggal di rumah tua bobrok.

Sebagai orang tua Bee yang notabene merupakan siswa Galer Street, Bernadette tidak rukun dengan ibu-ibu orang tua murid lainnya, saking sebalnya dia bahkan menjuluki mereka sebagai "gnats" karena menurutnya “they’re annoying, but not so annoying that you actually want to spend valuable energy on them.” 

Kecenderungannya menghindari orang-orang ternyata tidak hanya untuk ibu-ibu Galer Street saja. Bernadette juga menghindari orang-orang lainnya. Bernadette mengidap agoraphobia, yaitu phobia yang ditandai dengan kecenderungan seseorang menghindari tempat terbuka atau tempat publik dan pertemuan dengan orang-orang.

Bee Branch, yang akan lulus dari Galer Street dengan nilai sangat memuaskan, dan berencana melanjutkan ke sekolah asrama eksklusif Choate, meminta "hadiah" kepada kedua orangtuanya, yaitu perjalanan wisata keluarga ke Antartika. Perjalanan itu sendiri mendatangkan masalah bagi Bernadette yang tidak menyukai travelling dan cenderung menghindari pertemuan dengan orang lain. Bahkan saking tidak sukanya harus berurusan dengan orang lain, untuk keperluan sehari-hari (sampai memesan makanan, membeli pakaian, membayar tagihan) dan termasuk untuk mempersiapkan tetek bengek perjalanan itu, Bernadette mempekerjakan virtual assistant di Delhi, India (Bernadette tinggal di Seattle!) untuk mengurus semuanya.

Masalah Bernadette tidak hanya itu. Audrey Griffin, tetangga sekaligus "musuh bebuyutan" yang juga tokoh ibu-ibu Galer Street (tipe yang banyak terlibat dengan komunitas orang tua, aktif di kegiatan sekolah) selalu membuat masalah dengannya (kalau dalam versi Audrey, Bernadette lah si pembuat masalah). Perseteruan dengan Audrey menjadi kian runyam ketika lereng bukit rumah Bernadette longsor menimbun rumah Audrey tepat ketika Audrey menjadi tuan rumah acara penting pertemuan orang tua murid Galer Street.

Puncaknya adalah ketika Elgin Branch (Elgie) suaminya merasa kelakuan Bernadette sudah kelewatan. Elgie curiga istrinya menderita masalah psikologis, ia kemudian meminta bantuan psikiater. 

Dalam kecarut-marutan itu, Bernadette menghilang, lenyap tak diketahui rimbanya. Bee kemudian berusaha menyusun kepingan puzzle dari surat-surat, email, artikel dan dokumen yang didapatnya, dengan satu tujuan : mencari ibunya.

Penulisan dengan naskah berbentuk susunan surat/korespondensi semacam ini dikenal dengan epistolary. Keuntungan Maria Semple menyusun novel dengan format demikian adalah penulis dapat bercerita dari berbagai sudut pandang tergantung siapa karakter yang saat itu sedang bertutur melalui surat. Walaupun demikian, tidak seluruh buku ini ditulis dalam bentuk epistolary, karena bagian akhir buku ini kembali pada format penulisan konvensional.
Where'd You Go Bernadette menjadi unik karena sifat eksentrik Bernadette itu sendiri, yang quirky, blak-blakan dan cenderung satir. Walau demikian satirisme itu ditulis dengan kocak dan menghibur. :D

Setting yang melatari buku ini juga cukup luas dan beragam, mulai dari kota Seattle, Antartika, hal-hal terkait arsitektur, sampai penggambaran Maria Semple tentang Microsoft yang cukup detil membuat saya berpikir, kalau bukan pengalaman pribadi penulisnya, pasti ia melakukan banyak riset untuk menulis buku ini.


Bernadette, diambil dari website penulisnya. Jadi pingin punya boneka ini :D

Buku yang ngehits dan mendapat banyak ulasan baik ini memang menarik. Tapi ada bagian yang membuat saya 'ngambek' dan sempat malas meneruskan membaca (dan menurunkan ratingnya versi saya) yaitu di bagian Elgie punya affair dengan wanita lain. Bisa-bisanya gitu loh, apalagi si perempuan yang jadi selingkuhan itu 'enggak banget' menurut saya. Gak ngerti deh, apa yang dilihat Elgie dari cewek itu *sebel* :(. 

I found it quirky, satire, humorous, a fun to read. Overall, it's a good read. Untuk buku ini saya memberikan rating tiga setengah bintang.


Saturday, October 25, 2014

Book Review : Mantra Dies Irae



Judul : Mantra Dies Irae
 Pengarang : Clara Ng
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 348 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2012
Format : Paperback
Target : Remaja
Genre : Young Adult Romance, Comedy Romance


Bagaimana jika ini semua ini terjadi pada suatu hari:

Disihir menjadi truk gandeng, lukisan, sapu lidi. 

Orang yang dicintai habis-habisan tidak pernah membalas cinta itu.
Dikejar-kejar teman seperguruan yang ingin membalas dendam. 
Hukum cinta seakan-akan salah rumus.

Ini bukan hari biasa!

Dimulailah usaha keras dari seekor kucing hitam bernama Dakocan. Untuk mengais serpih-serpih kebahagiaan. Kebahagiaan yang takkan pernah terlihat. Atau kecuali dimunculkan dengan mantra ajaib: Dies Irae.


Ini adalah karya ketiga Clara Ng yang saya baca. Saya sudah lama menjadi followernya di Twitter, tempat dimana beliau banyak sharing tentang dunia tulis-menulis dan baca-membaca yang menurut saya layak untuk disimak. Buku pertama dari Clara Ng yang saya baca adalah Tea for Two, duluuu banget, baca sepintas aja sih, modal minjem sesaat :p. Karya kedua yang saya baca adalah cerpen di majalah Femina. Dua-duanya kategori dewasa, dengan cerita cinta dewasa dan konflik yang tajam, cenderung suram. Not my kind of genre. Karena menurut saya, membaca adalah bagian dari relaksasi, me time untuk melepaskan diri dari rutinitas harian yang bikin stres, maka dari itu buku yang saya baca sebisa mungkin harus membuat saya happy. :D

Awalnya, saya mengira buku ini adalah jenis drama yang bertaburan romantisme, karena spesialisasi Clara Ng setahu saya adalah membuat kalimat-kalimat romantis yang melelehkan hati. Ternyata, buku ini jauh lebih ceria banget, ini jenis drama komedi. Di beberapa bagian saya sukses ngakak :D.

Buku ini sebenarnya merupakan buku ketiga dari trilogi Jampi-Jampi Varaiya. Kalau di buku satu dan dua diceritakan bahwa tokoh utamanya adalah Xander dan Oryza, di buku ketiga ini, pemeran pembantu mengambil alih jadi tokoh utama : Pax dan Nuna. Mungkin karena cerita Xander dan Oryza sudah sampai pada klimaksnya (akhirnya dua-duanya ngaku kalau sama-sama suka), sehingga buku ketiga ini ganti menceritakan tokoh-tokoh yang ceritanya belum selesai. Saya cukup beruntung dengan pergantian pemeran ini, karena saya tidak membaca buku satu dan dua, jadi cerita tentang Pax dan Nuna (yang baru jadi tokoh utama di buku ketiga) bisa dengan mudah saya ikuti tanpa merasa kehilangan sebagian alur cerita.

Ini cerita tentang Pax (penyihir dengan keahlian memanggil mantra hujan-badai-angin-ribut dan mengubah diri jadi kucing hitam bernama Dakocan) dan Nuna (penyihir jago masak, punya warung makan ramai dan ahli menjitak dengan sodet). Pax dan Nuna sama-sama bernasib malang, sama-sama patah hati tingkat batara dewa, sama-sama jatuh cinta setengah mati pada orang yang justru menyukai orang lain. Pax jatuh cinta pada Oryza, dan Nuna pada Xander. Apa mau dikata, takdir menentukan lain, Oryza dan Xander saling jatuh hati dan memutuskan untuk menikah. Meninggalkan Pax dan Nuna yang berdarah-darah karena putus cinta.

Alurnya sebenarnya sederhana dan klise. Dari bab pertama kita juga sudah tahu kalau Pax dan Nuna, pada akhirnya pasti bakal jadian juga. Tapi Clara Ng cukup berhasil mengemas jalan cerita menuju akhir tersebut dengan manis, lucu dan menghibur. Tokoh-tokohnya semuanya penyihir koplak (maafkan bahasanya :D), dan di antara sekian banyak tokoh sepertinya yang bertingkah waras hanya satu yaitu Zea kakak Oryza, itupun hanya muncul sesekali. Trus bagaimana dengan sisanya? Ya itu tadi, koplak semua. :D

Uniknya kehidupan penyihir, tingkah polah mereka yang ajaib, mantra-mantra dan pertarungan sihir, ditambah dengan adegan romantis antara Pax dan Nuna menjadi penghibur sepanjang buku. Membaca buku ini saya seperti menonton drama komedi romantis Korea, dimana tokoh utamanya sering bertingkah konyol, si perempuan gemar menjitak kepala si laki-laki, sama-sama suka tapi malu mengakui (atau sok tidak menyadari sama sekali), dan menghabiskan hari-hari bersama hanya untuk bertengkar satu sama lain. Ya, persis seperti itulah.

Karena memang jenisnya komedi, nama-nama tokohnya pun terdengar tidak lazim. Misalnya nama anak-anak keluarga Karbohidrat: Oryza Sativa Raya (nama latinnya padi), Zea Mays Raya (jagung), dan Solanum Tuberosum (kentang). Juga nama-nama seperti Pax, Nuna, Strawberi, Chao, Tsungta, yang tidak lazim dalam keseharian kita. Walaupun isinya dunia penyihir, tapi Clara Ng membuat dunia penyihir itu nge-blend dengan kehidupan Jakarta, sehingga kita tidak merasa membaca kisah dari planet antah-berantah lain.

Setelah membaca buku ini, saya jadi ingin membaca buku-buku Clara Ng yang lain seperti Dimsum Terakhir dan Pintu Harmonika. Masuk wish list nih. :D

Secara umum buku ini cukup menarik. Ringan, menghibur, bacanya nggak perlu sampai mengerutkan alis. Buku ini cocok untuk teman weekend yang santai, yang nggak perlu mikir berat-berat, sambil leyeh-leyeh di sofa dan makan camilan. Untuk buku ini saya memberikan rating tiga setengah bintang. :)


post signature

Friday, October 3, 2014

Book Review : The Bliss Bakery Trilogy #2 : A Dash of Magic

Judul : The Bliss Bakery Trilogy #2 : A Dash of Magic
 Pengarang : Kathryn Littlewood
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Mizan Fantasi
Tebal : 298 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2013
Format : Paperback
Target : Remaja
Genre : Young Adult Romance 


Rose menelan ludah. Mungkin aku bisa menang, pikirnya. Mungkin ini bukan tentang siapa yang memiliki bahan paling bagus dan yang memiliki bantuan ahli sihir terbanyak atau semacamnya. Mungkin ini tentang siapa yang paling bergairah untuk membuat kue, dan membantu orang lain untuk merasa lebih baik.

Buku ini tentang?
Buku kedua dari trilogi The Bliss Bakery. Ceritanya masih melanjutkan dari buku pertama, Bliss, tentang keluarga Bliss (Albert dan Purdy Bliss beserta keempat anak mereka : Ty, Rose, Sage dan Leigh) pemilik toko roti kecil di Calamity Falls, yang secara rahasia sekaligus merangkap ahli sihir dapur yang menggunakan bahan-bahan sihir ajaib untuk resep-resep roti mereka.

Di akhir buku pertama diceritakan bahwa Bliss Cookery Booke, buku resep ajaib turun-temurun selama ratusan tahun di keluarga mereka telah dicuri oleh Bibi Lily yang jahat yang telah memperdaya anak-anak Bliss tatkala kedua orangtua mereka tidak ada. 

Sementara keluarga Bliss kehilangan warisan mereka yang paling berharga, Bibi Lily menggunakan buku itu untuk acara masak-memasak di televisinya yang sangat terkenal : 30 Menit Sihir Lily. Bibi Lily bahkan memasarkan Bahan Sihir Lily dalam kemasan kotak kardus ke seluruh penjuru negeri. Rose dan ibunya mencoba membuat resep-resep 30 Menit Sihir Lily dan menambahkan sejumput Bahan Sihir Lily ke setiap adonan. Tanpa mereka sadari, Leigh, si bungsu yang berumur 4 tahun memakan kue Pound for Pound Lily, salah satu dari resep yang mereka uji coba. Akibatnya Leigh seperti terkena hipnotis, sikap anak-anaknya berubah menjadi seperti orang dewasa dan memuja-muja Lily. Tak ada jalan lain, satu-satunya cara mengembalikan Leigh seperti semula adalah dengan membuat kue Trifle Pembalik yang resepnya ada dalam Bliss Cookery Booke.

Rose, yang merasa paling bersalah dan bertanggung jawab atas pencurian buku itu oleh bibinya, rela melakukan apapun untuk mendapatkan kembali Bliss Cookery Booke. Maka dia menantang Bibi Lily untuk mengikuti kompetisi masak internasional di Paris, Gala Des Gateaux Grands Tahunan ke-78. Jika Rose menang, Bibi Lily akan mengembalikan bukunya. Jika tidak, maka buku itu akan selamanya menjadi milik Bibi Lily dan hilanglah hak kepemilikan keluarga mereka akan buku itu selama-lamanya.

Demi mendukung Rose dan mendapatkan buku itu kembali, keluarga Bliss meminta tolong kepada kakek buyut dari kakek buyut Rose, Balthazar Bliss yang memiliki satu lagi salinan Bliss Cookery Booke dalam bahasa Sassinian, bahasa kuno yang hanya Balthazar seorang saja yang dapat menerjemahkannya. Bersama kakek buyut dari kakek buyutnya, orangtua dan seluruh saudara-saudaranya, termasuk kucing Balthazar (Gus) dan seekor tikus mata-mata yang mereka temui di Paris (Jacques), dua binatang yang dapat berbicara karena memakan Biskuit Cheddar Mengoceh, keluarga Bliss bahu membahu mendapatkan bahan-bahan ajaib untuk mengalahkan Lily dalam kompetisi masak tersebut : Rahasia Senyum Mona Lisa, Dentang Lonceng Notre Dame, Bisikan Kekasih sampai Hujan Murni dari Puncak Eiffel.

Rose harus berjuang demi menciptakan masakan spesial yang membuatnya jadi pemenang. Dia benar-benar tidak boleh kehilangan Bliss Cookery Booke untuk kedua kalinya!

Mengapa memilih buku ini?
Nah, sebetulnya saya juga bingung kenapa sampai membeli buku yang kedua ini. :D Sebenarnya saya tidak ada niat untuk memperpanjang pengalaman dengan keluarga Bliss, karena ketika membaca buku yang pertama, kesannya biasa-biasa saja, tidak terlalu istimewa sampai membuat saya ingin membeli buku yang kedua. Namun entah kenapa waktu mampir ke toko buku, kok ya kebeli aja :D Mungkin karena sampulnya yang memang cakep itu ya, biru gelap berkesan gemerlap begitu, salah satu alasan yang juga membuat saya membeli buku yang pertama.

Hal yang disukai dari buku ini?
Di luar dugaan, buku kedua ini menurut saya jauh lebih bagus dari buku pertama, banyak petualangan, lebih bikin penasaran, dan kerja sama Rose bersama saudara-saudaranya (terutama Ty dan Sage) jauh lebih kompak dalam buku ini dibanding buku pertama dimana mereka masih terpecah-belah (Ty dan Sage masih terperdaya oleh Bibi Lily).

Tokoh-tokoh baru yang muncul : Balthazar Bliss, Gus si kucing, Jacques si tikus, kembar Parisian Miriam dan Muriel Desjardins, semuanya turut meramaikan petualangan Rosemary Bliss dan keluarganya.

Resep-resep ajaib masih bertebaran sepanjang cerita, dan tentu saja, membacanya membuat lapar mata dan lapar perut, sehingga mendorong saya membaca sambil mengunyah (ngemil) :D

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Rose yang masih tidak percaya diri dan galau. Ditambah lagi beban rasa bersalah karena telah membiarkan buku itu dicuri Bibi Lily, dan rasa tanggung jawab untuk memperoleh kembali buku itu. Rose tidak memiliki cukup rasa percaya diri untuk menang dalam kompetisi masak menantang Bibi Lily. Ketidakpercayaan diri itu membuat Rose beberapa kali berusaha mencuri balik Bliss Cookery Booke - yang tentu saja gagal - dan justru menjadi bumerang bagi mereka karena Jeremius (asisten Bibi Lily yang licik) membalas mereka dengan mencuri kopor Balthazar yang berisi toples-toples bahan sihir ajaib keluarga Bliss.

Karakter favorit:
Semua keluarga Bliss kecuali Lily. Juga Gus dan Jacques. Walaupun Rose sering kambuh "tidak pede dan galau"nya, yang menyebalkan ketika Rose merasa demikian karena dia jadi ingin mengambil jalan pintas dengan mencuri Bliss Cookery Booke alih-alih berusaha menang dalam kompetisi masak, tapi Rose tetap berperan penting dalam cerita ini dengan menunjukkan usaha dan tanggung jawabnya, juga bakatnya (yang tak pernah dia sadari) karena dia memiliki semua yang dia butuhkan, yaitu hasrat membuat kue, kota yang dia lindungi, dan keluarga yang dia cintai. Itu sudah cukup.

Berapa bintang?
Buku kedua ini lebih menarik dari yang pertama. Saya merekomendasikan buku ini untuk anda yang menyukai food fiction, atau untuk anda yang menyukai buku-buku bertema keluarga untuk anak-anak yang baru beranjak remaja. Buku ini juga cocok sebagai bacaan ringan di waktu luang yang santai, sambil ngemil tentunya. :) Untuk buku ini, saya memberikan rating tiga setengah bintang.



post signature

Tuesday, September 23, 2014

Book Review : A Perfect Proposal

 
Judul : A Perfect Proposal
Pengarang : Katie Fforde
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal : 413 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2011
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Romance
 
 
 
Hidup Sophie akan berubah selamanya...
 
Buku ini tentang? 
Kisah seorang gadis muda Inggris, Sophie Apperly, yang tumbuh sebagai anak bungsu di keluarga akademisi (ayah, ibu dan kakak-kakaknya), dan menjadi satu-satunya anggota keluarga non akademisi (bahkan tidak kuliah). Kecintaan Sophie bukan pada bidang akademis melainkan pada jahit-menjahit, merombak pakaian loak, mendandani barang lama menjadi seperti baru, pokoknya pada hal-hal yang oleh keluarga besarnya dianggap tak berguna.

Karena profesi sebagai akademisi tak mendatangkan banyak uang, maka keluarga Sophie hidup pas-pasan (nyaris miskin) walaupun mereka tinggal dalam rumah besar. Dalam buku ini dituturkan kisah Sophie yang "diumpankan" keluarganya untuk mengurus seorang kerabat (Paman Eric) yang kaya raya, tua, tak menikah dan tak memiliki ahli waris, dengan demikian keluarganya berharap agar mereka bisa mendapatkan warisan melalui Sophie. Sophie yang tulus dan periang segera membuat Paman Eric jatuh hati (walaupun tetap pelit padanya) dan menceritakan soal hak-hak pengeboran yang dimiliki keluarga mereka dari jaman dahulu namun kini terpecah belah karena tidak ada yang berusaha mengumpulkan hak-hak itu. Paman Eric menceritakan tentang kerabat yang menjadi kunci pengumpulan hak-hak itu saat ini ada di Amerika.

Pada saat yang bersamaan, Sophie mendapatkan pekerjaan di Amerika melalui sahabatnya Milly yang tinggal di New York. Pekerjaan sebagai nanny (yang dikecam keras oleh keluarga besarnya), namun Sophie berharap pekerjaan itu bisa membuatnya mencari tahu tentang kerabat di Amerika yang mengumpulkan hak-hak pengeboran.

Tanpa diduga, setibanya di Amerika keluarga yang akan mempekerjakannya tiba-tiba membatalkan secara sepihak. Akibatnya Sophie jadi luntang-lantung tanpa pekerjaan jelas dan hanya menumpang di apartemen Milly. Pada suatu momen ketika Sophie mengikuti pameran di tempat kerja Milly, Sophie bertemu dengan Matilda, seorang nenek kaya raya yang berasal Inggris dan cucu pengacaranya yang angkuh, Luke.

Matilda dengan segera jatuh hati pada Sophie yang tulus dan ceria (dan asal Inggris!), sementara Luke penuh prasangka dan curiga bahwa Sophie hanya akan memanfaatkan neneknya dan harta bendanya. Matilda kemudian mengundang Sophie ke rumah mewahnya di Connecticut untuk merayakan Thanksgiving bersama keluarganya, dan cerita pun bergulir di seputar lika-liku komedi romansa antara Sophie, gadis periang, gigih, dan super pengiritan (karena miskin) dan Luke yang menawan, angkuh, kaya raya dan tak pernah memusingkan soal uang.

Mengapa memilih buku ini?
A Perfect Proposal adalah buku Katie Fforde kedua yang saya baca setelah Summer of Love. Cerita khas Katie Fforde yang ringan, ceria dan khas chicklit, cocok dijadikan bacaan ringan sambil duduk santai di sofa dan ngemil, jenis bacaan yang bisa dibaca sambil lalu dan tidak perlu berpikir keras :D. Buat saya ini jalan keluar yang manis setelah a hectic week at work. Soalnya kalau habis melalui minggu yang penuh perjuangan trus diakhiri dengan buku-buku Pramoedya Ananta Toer, misalnya, rasanya bisa bikin kram otak. :D

Hal yang disukai dari buku ini?
Ringan, manis dan menyenangkan untuk teman bersantai. And it always have a happy ending. Tokoh-tokoh utamanya khas chicklit, muda, modern, dan masa kini, terasa dekat dengan dengan kehidupan sehari-hari.

Saya menyukai bagian dimana dompet Luke hilang di Inggris dan dia terpaksa hidup menumpang sepenuhnya pada Sophie yang selalu kekurangan uang. Luke terpaksa mengikuti gaya hidup Sophie yang super irit, berdesakan naik kendaraan umum kemana-mana, makan fish and chips melempem dan roti bekal yang dibawa dari rumah, serta (yang paling parah) memakai pakaian yang dibeli di toko loak. :D

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Tipikal ceritanya tidak terlalu berbeda novel Katie Fforde sebelumnya yang nyiklit banget. Kalau anda adalah penggemar cerita dengan alur yang bervariatif, anda akan lekas bosan membaca buku ini. Kemudian ada beberapa konten mengenai hak-hak pengeboran yang lumayan berat dan tidak dijelaskan secara detail sehingga saya juga tidak terlalu paham menangkap maksudnya. Mungkin kurang lebih maksudnya adalah warisan hak sebagai pemilik tanah yang di bawahnya terdapat berliter-liter galon minyak bumi siap dibor, tapi karena tidak dijelaskan lebih lanjut jadi ya tema hak-hak pengeboran itu hanya sekedar sambil lalu saja. Intinya Sophie berjuang untuk memperoleh hak-hak pengeboran itu, dia berhasil mendapatkannya (dengan bantuan banyak pihak, terutama Luke tentunya!) dan sebagai imbalannya dia menjadi kaya raya, sumber minyak bumi gitu loh.

Ada lagi bagian dimana Sophie dan Luke berselisih paham karena Ali (karyawan Luke yang cantik, elegan dan sempurna dan bersikap seolah-olah dia pacar Luke), bahkan Ali menggelapkan uang yang dikirim Sophie untuk membayar jasa profesional Luke, namun tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana nasib Ali selanjutnya setelah Luke menyadari hal tersebut. Sebagai pembenci tokoh antagonis :D kan ingin rasanya melihat bagaimana Luke mendamprat atau bahkan mengusir Ali dan membuatnya patah hati mutlak setelah sempat memporakporandakan hidup Sophie. :D

Karakter favorit:
Sophie Apperly. Sifatnya yang tulus, periang dan jago pengiritan, serta kesukaannya menjahit dan merombak barang lama menjadi baru (secara saya sendiri juga suka hal-hal yang berbau handmade).

Berapa bintang:
Ceritanya ringan, cukup menghibur, cocok dijadikan bacaan wiken yang santai dan bisa dibaca sambil lalu. Saya cukup menikmati buku ini dan memberikan rating tiga setengah bintang.

post signature

Saturday, March 8, 2014

Book Review : Summer of Love







Judul : Summer of Love 
Pengarang : Katie Fforde
 Bahasa : Indonesia 
Penerbit : Elex Media Komputindo  
Tebal : 498 halaman  
Diterbitkan pertama kali : 2011 
Format : Paperback 
Target : Dewasa
Genre : Romance

 
Siapa yang tahu apa saja yang bisa terjadi di musim panas yang penuh cinta?

Buku ini tentang?  
Summer of Love bercerita tentang Sian Bishop, ibu muda dengan seorang anak lelaki, orang tua tunggal, yang meninggalkan keramaian London untuk pindah ke sebuah desa kecil yang indah. Di desa tersebut Sian menemukan kehidupan yang menyenangkan untuknya dan putranya, sebuah rumah cantik untuk disewa dengan harga yang terjangkau, sekolah yang bagus untuk putranya, pekerjaan dan sahabat baru yang disukainya : Fiona Matcham.

Sampai pada suatu sore sebuah topan mengguncangkan kehidupan Sian yang damai, Gus Berresford yang tiba-tiba muncul di hadapannya setelah bertahun-tahun seolah lenyap ditelan bumi. Hidup Sian pun seperti jungkir balik, sebagaimana hatinya, mengetahui bahwa ia masih mencintai laki-laki itu setelah sekian lama berlalu. Kedatangan Gus membawa berbagai masalah bagi Sian, yang harus dihadapi dan diselesaikannya, walaupun ia tak tahu bagaimana caranya.

Mengapa memilih buku ini?
Ini adalah buku Katie Fforde pertama yang saya baca. Saya membeli karena tertarik dengan kavernya dan beberapa komentar di bagian belakang buku. Waktu itu saya memang mencari bacaan ringan yang menyenangkan, setelah sebelumnya menyelesaikan buku yang temanya lumayan berat.

Hal yang disukai dari buku ini?
Summer of Love berkisah tentang kisah cinta yang hangat dan romantis, dan berakhir bahagia. Saya menikmati ceritanya yang ringan, yang berkisah tentang kehidupan Sian yang teratur sebagai seorang ibu muda (sedikit mirip dengan kehidupan saya sebagai ibu dari seorang putri, walaupun saya bukan orang tua tunggal).

Buku ini banyak memasukkan hal-hal yang berhubungan dengan memasak dan makanan, yang mana keduanya adalah hal yang saya sukai sehingga saya menikmati semua paragraf yang berhubungan dengan kedua hal tersebut. :D Saya sampai membayangkan bagaimana rasanya mengadakan pesta makan malam dan mengorganisir piknik.

Saya juga menyukai hal-hal tentang kemping dan "bertahan hidup di dunia luar" yang banyak ditunjukkan Gus di sini, di antaranya menunjukkan bagaimana caranya membuat api.

Saya juga menyukai bagian cerita tentang Fiona Matcham, terutama setelah dia menyadari kebodohannya dan memilih orang yang tepat untuk berkencan.

Hal yang kurang disukai dari buku ini?
Alurnya berjalan lambat dan cenderung datar dengan cerita seputar kehidupan Sian dan Fiona. Tapi saya rasa memang rata-rata buku romance comedy / chicklit ditulis dengan cara demikian, karena pembacanya memang mencari bacaan ringan yang tidak menguras energi pikiran saat membacanya.

Karakter favorit:
Fiona Matcham. Fiona adalah seorang wanita yang saya perkirakan berusia 50-an namun berjiwa muda, agak eksentrik, percaya diri dan cenderung bicara dengan spontan. Fiona yang telah berpisah dari suami keduanya dan memiliki anak-anak yang telah tumbuh dewasa, dikisahkan ingin merasakan kembali romantisme cinta. Secara tidak sengaja kesempatan untuk itu terbuka ketika seorang sahabat lamanya mendaftarkannya ke situs kencan internet. Dan mulailah Fiona menjalani dari satu kencan ke kencan yang lain, kemudian di antaranya menemukan seseorang yang tidak diduganya ternyata mampu memberikan apa yang diinginkannya.

Saya menyukai cara berpikir Fiona yang blak-blakan, sikapnya yang terbuka, gayanya yang muda, kepandaiannya memasak (terbukti dengan pesta makan malam yang mengagumkan!) dan kasih sayangnya pada Sian dan putranya. Dialog-dialog Fiona meskipun blak-blakan dan sarat humor namun menunjukkan bahwa apa yang dipikirkannya sebenarnya adalah hal-hal yang baik untuk orang-orang yang dia cintai. Di akhir cerita, Fiona-lah yang membukakan mata Sian dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki hidupnya.

Karakter yang kurang disukai:
Melissa Lewis-Jones. Gadis cantik super kaya yang tampak seperti model katalog gaun Boden dan menaruh minat pada Gus. Klasik sih, penggambaran karakter antagonis saingan tokoh utama seperti ini umum dijumpai di cerita-cerita dengan genre romance. Melissa yang manja dan keras kepala, yang selalu harus dipenuhi semua keinginannya. Hal yang paling membuat sebal adalah ketika Melissa memaksa membeli rumah yang disewa Sian karena ia telah jatuh hati pada pondok itu dan ingin tinggal di situ.

Walaupun begitu, secara keseluruhan sebenarnya Melissa tidak seburuk itu. Ia tidak pernah memusuhi Sian. Tukang pamer memang iya, tapi ia tidak menganggap Sian sebagai orang yang menyebalkan, walaupun Sian menganggapnya demikian terutama karena persoalan Gus. Melissa justru mencarikan pekerjaan untuk Sian melalui orang tuanya dan tanpa Sian sadari telah memberikan bantuan yang sangat penting bagi Gus.

Kurang adil juga menaruhnya di tempat karakter yang kurang disukai lantaran saya tidak terlalu gak-suka-suka-amat :D tapi karena di antara karakter-karakter lain dialah yang paling bertingkah menyebalkan, ya apa boleh buat. Tapi di akhir cerita, saya rasa saya mulai menyukainya. :)

Buku ini direkomendasikan bagi:
Jika anda mencari bacaan ringan yang menghibur, untuk teman bergelung di sofa atau sambil ngemil, tentang kisah cinta manis yang berakhir bahagia, ini adalah buku yang dapat anda pilih.

Jika anda adalah seorang penggemar cerita yang beralur dinamis atau cerita yang menuturkan alur dan konflik dengan lebih dalam, bisa jadi anda merasa cepat bosan membaca buku ini.

Berapa bintang:
Karena saya memang mencari bacaan ringan yang menghibur, maka buku ini cukup memenuhi keinginan. Setelah menyelesaikan buku ini sepertinya saya akan mencari buku Katie Fforde yang lain. Saya cukup menikmati tulisannya dalam Summer of Love ini dan memberikan rating tiga setengah bintang. :)

Review ini diikutkan dalam kategori Cover Lust :


http://perpuskecil.wordpress.com/2013/11/12/lucky-no-14-reading-challenge/


Dan diikutkan pula dalam New Authors Reading Challenge :


http://renslittlecorner.blogspot.com/2014/01/new-authors-reading-challenge-2014.html

post signature