Friday, October 17, 2014

Book Review : Amy and Roger's Epic Detour



Judul : Amy and Roger's Epic Detour
 Pengarang : Morgan Matson
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 462 halaman
Diterbitkan pertama kali : 2010
Format : Paperback
Target : Remaja
Genre : Young Adult Romance, Road Trip Fiction  


Yup. Akhirnya saya selesai juga baca buku ini. Saya beli buku ini karena rating dan reviewnya di Goodreads yang bertabur bintang. Tapi terrrrnyataa... butuh perjuangan yang lumayan untuk menyelesaikan buku ini, walaupun akhirnya selesai juga. Fiuh. *lap keringet*

Buku ini tentang?
Buku ini bercerita tentang Amy Curry, remaja cewek yang punya masalah psikologis karena ayahnya meninggal baru-baru ini. Amy, sejak kecelakaan yang mengambil nyawa ayahnya, menjadi pribadi yang sama sekali berbeda, tertutup, menghindar dari orang lain, penyendiri dan cenderung depresif. Hal itu diperparah dengan tidak adanya orang yang mendukung di sekitarnya. Amy tinggal sendiri di rumah lama keluarga mereka karena adiknya - paska kecelakaan itu - masuk pusat rehabilitasi obat-obatan, dan ibunya memutuskan pindah ke Connecticut untuk memulai hidup baru.

Perjalanan epik ini dimulai ketika ibu Amy menyuruh Amy menyusulnya pindah ke Connecticut lewat perjalanan darat dengan mobil keluarga mereka. Dalam perjalanan Amy ditemani oleh Roger, anak sahabat ibunya yang khusus dimintai tolong untuk menyetir mobil sampai ke Connecticut. Ibunya telah menyiapkan rencana perjalanan selama empat hari untuk mereka ikuti.

Masalah dimulai ketika Amy dan Roger, yang merasa rute pilihan ibu Amy sangat membosankan, mulai mengubah rute perjalanan mereka. Berubahnya tidak tanggung-tanggung, berubah total. Kadang bahkan perubahan tersebut tidak direncana sama sekali. Perjalanan ke Connecticut yang seharusnya hanya memakan waktu empat hari pun akhirnya jadi molor berhari-hari.

Seluruh buku ini menceritakan perjalanan Amy dan Roger dari California sampai ke Connecticut, dengan beberapa bagian flashback adegan Amy bersama ayahnya. Pada akhirnya, perjalanan ini bagi Amy dan Roger tidak hanya menjadi sekedar perjalanan, tapi juga pencarian, dan penyelesaian atas banyak hal yang mengubah hidup mereka. 

Amy yang akhirnya menerima takdir hidupnya, memperbaiki hubungan dengan ibu dan adiknya, melakukan hal-hal bandel dan spontan yang tak mungkin dilakukan diri Amy yang lama, bahkan Amy mulai membuka hati. Roger yang akhirnya bisa move on dari mantan pacarnya, kemudian mulai melihat Amy dengan cara berbeda. Semua ini dilewati mereka berdua dalam perjalanan panjang tersebut.

Pada akhirnya, perjalanan - sekaligus pencarian - yang mereka lakukan bersama, akhirnya menjadi cara untuk menyelesaikan beberapa hal yang sebelumnya tidak terselesaikan. Dan di akhir cerita, happy ending tentunya, karena baik Amy maupun Roger menemukan tujuan mereka yang sebenarnya.

Mengapa memilih buku ini dan bagaimana pendapat tentang buku ini?
Sudah saya bilang di atas kan, karena rating dan reviewnya di Goodreads yang bertabur bintang. Walaupun, hiks, ternyata butuh upaya yang lumayan melelahkan untuk menyelesaikan buku ini, rada capek bacanya. Rasanya buku ini nggak cocok dengan saya. 

Yang pertama karena karakter Amy yang nggak-tipe-saya banget. Karakternya di awal-awal cerita dark, suram, remaja bermasalah, tipe nggak percayaan sama orang, menyalahkan diri sendiri, menghindari orang lain, dan hal-hal semacam itulah. Oke, dia punya alasan (versi dia) untuk bersikap seperti itu. Tapi kekeraskepalaannya untuk meyakini bahwa sikap yang dia pilih itu benar, menurut saya itu menyebalkan sekali. Lagipula lari dari masalah (yang selama ini dia lakukan), buat saya itu justru memperkusut benang yang sudah ruwet dan terutama, menyusahkan orang lain. Kenapa sih, dia nggak coba membuka pikirannya sedikit saja dan berhenti mengutuk diri sendiri terus-menerus. Memangnya selesai ya, problema hidup dengan bermuram durja sepanjang masa?

Yang kedua, perubahan karakter Amy setelah dia menceritakan semuanya kepada Roger. Roger yang langsung bilang, "bukan salahmu", tiba-tiba bisa membuat Amy langsung terbuka matanya daan...berubah! Hah, serius? Secepat itukah responnya? Sementara selama berbulan-bulan Amy mengubur diri dengan penolakan terhadap orang-orang yang sudah selalu mengatakan hal itu padanya. Memangnya siapa sih Roger? Cowok sangat keren, tapi apa cukup itu saja. Walaupun sudah melakukan tur berhari-hari bersama dan ujung-ujungnya Amy naksir, tapi masa sih seinstan itu, dengan satu sabda dari Roger maka hilanglah semua bebannya.

Yang ketiga, saya bisa paham kenapa Amy naksir Roger, karena selain keren dia juga terbukti baik sekali dan sabar sekali meladeni Amy yang lebih sering menutup diri. Tapi saya gak bisa paham kenapa Roger naksir Amy, selain karena (konon kata beberapa tokoh) Amy cukup cantik. Cantik doang nggak cukup kan, atau mungkin Roger tertarik pada ketertutupan pribadi Amy, dan akhirnya keterbukaannya tentang trauma yang dialaminya, mungkin Roger tipe laki-laki yang tertarik pada cewek bermasalah yang akhirnya mau mengakui masalahnya dan mau berubah. Tapi tetap saja bagi saya karakter Amy kurang kuat untuk membuat saya jatuh hati, gak ada yang spesial gitu loh (tapi untungnya saya bukan Roger ya :D)

Yang keempat, istilah-istilah alias yang digunakan dalam playlist dan dalam scrapbook lumayan mengganggu saya. Mungkin ini masalah terjemahan ya, entah juga, karena saya tidak baca versi bahasa Inggrisnya. Menurut saya alias-alias dan hal-hal yang ditulis dalam scrapbook Amy itu aneh, kadang gak nyambung, dan walaupun maksudnya diharapkan untuk lucu-lucuan, karena gak nyambung dengan suasana cerita di mana itu ditulis, jadinya ya, saya malah terganggu.

Yang kelima, sampai akhir baik Amy maupun Roger tidak yakin apa yang sebenarnya mereka rasakan. Loh, kok bisa?? Bukannya satu kata dari Roger (yang sudah saya bilang di atas tadi) menyelamatkan hidup Amy? Bukannya mereka sudah kencan super romantis sampai ke tempat tidur segala? Lha terus semua itu apaaa maksudnyaaa.....

Fiuh. Capek.

Tapi ada beberapa hal yang saya suka sih. Saya suka karakter Bronwyn yang bersemangat dan dermawan sekali sampai memberi satu koper baju-baju keren untuk Amy (kecuali bagian kamar Bronwyn yang berantakan, karena saya paling gak bisa tidur di kamar berantakan). Saya juga senang karena berhasil menebak jawaban Amelia Earhart lebih dulu dari Amy waktu permainan Dua Puluh Pertanyaan. Suasana road trip, jalanannya dan wisata kulinernya cukup menarik untuk diikuti, jadi ingat masa-masa muda dulu :D waktu masih kuliah. Bedanya, dulu road tripnya naik motor, maklum mahasiswa serba pas-pasan, jadi punyanya cuma motor. :D Saya juga suka Lucien, baik sekali dia ya, baru bertemu sudah servis ini itu kepada tamu yang baru sekali dijumpai. Cuma pas ujungnya Lucien naksir Amy, saya bingung lagi. Apa yang bikin naksir? Masa cuma gara-gara cantik itu tadi. Kayanya kok alasannya kurang mantep. --> fyi, pendapat ini mungkin cuma muncul kalo reviewernya perempuan :D

Berapa bintang?
Rasanya, dengan semua yang sudah saya jembreng di atas, buku ini kok kayanya bukan untuk saya. Mungkin lebih pas untuk anda yang menyukai masa remaja yang serba tidak tertebak, serba spontan. Atau mungkin juga untuk anda yang senang dengan traveling dan road trip. Untuk saya, cukup tiga bintang saja. :)


post signature

No comments:

Post a Comment