Tuesday, March 10, 2015

Book Review : Twenties Girl



Judul : Twenties Girl (Gadis Charleston)
Pengarang : Sophie Kinsella
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 564 halaman
Format : Paperback
Diterbitkan pertama kali : 21 Juli 2009

Lara memang selalu punya daya imajinasi tinggi. Tapi dia mulai bertanya-tanya apakah dirinya sudah gila ketika didatangi arwah bibi ayahnya yang baru saja meninggal. Arwah Sadie tidak seram sih, tapi selain doyan dansa Charleston, gadis 23 tahun itu nekat dan punya banyak tuntutan. Permintaan terakhirnya: Lara harus mencari kalung yang harus, HARUS, dipakainya.

Padahal Lara sendiri sudah punya banyak masalah. Perusahaannya masih baru, tapi mitra bisnisnya kabur ke Goa, dan pacarnya baru saja meninggalkannya.
Namun, selama Lara melewatkan waktu bersama Sadie, hidupnya jadi glamor, dan pencarian mereka malah menghasilkan sesuatu yang menggelitik dan romantis. Dapatkah Sadie membantu Lara---dan bagaimana makna kedua gadis itu bagi satu sama lain?
 


Untuk kesekian kalinya saya membaca tulisan Sophie Kinsella lagi. Ini buku keempat karyanya yang saya baca. Saya menyukai karakter-karakter Sophie, walaupun kadangkala too stupid to be alive, tapi mereka selalu punya ciri khas sendiri, mandiri, dan entah bagaimana pada akhirnya selalu punya jalan keluar dari masalah yang mengurung mereka. Yaa, walaupun khas chicklit, bahwa cewek-cewek ini meskipun nampak bego namun pada dasarnya cakep, dan selalu bisa menggaet cowok-cowok keren. Kind of cinderella story, in a little bit more reasonable way.

Twenties Girl bercerita tentang Lara Lington, yang tengah dirundung masalah bertubi-tubi. Lara patah hati berat karena ditinggalkan Josh, mantan pacar yang menurut Lara sangat dicintainya dan sebenarnya mencintainya juga. Lalu ia juga ditinggalkan mitra kerja dalam usaha yang baru dirintisnya. Seakan belum cukup, muncul Sadie Lancaster, hantu bibinya yang telah meninggal dan mulai merongrong kehidupannya.

Sadie Lancaster, yang meninggal pada usia 105 tahun, muncul dalam wujud seusia 23 tahun, sebaya Lara. Hantu Sadie muncul membawa serta suasana tahun 20-an, masa ketika ia seusia itu. Sadie, yang hanya bisa dilihat oleh Lara, memaksa Lara mencari kalung capungnya yang hilang sebelum ia "pergi". Lara tidak punya banyak waktu, karena jenazah Sadie sudah berada di rumah duka dan siap dikremasi. 

Walaupun banyak ketidakcocokan dan pertengkaran karena sifat Sadie yang ceplas-ceplos, seenaknya sendiri dan tukang memaksa, mereka akhirnya justru menjadi sahabat. Bersama Lara, tanpa disadari Sadie melakukan banyak hal, menyelamatkan perusahaan saat berada di ujung tanduk, mempertemukan Lara dengan cowok baru (ya, walaupun sebenarnya sih, Sadie menemukan cowok itu untuk dirinya sendiri, tapi kan ia butuh bantuan Lara untuk berkencan dengan cowok itu), memaksa Lara berdandan ala 20-an yang sukses membuat saya tertawa. Lara pun sama, rasa terganggunya lama-kelamaan berubah menjadi rasa sayang kepada Sadie, yang mendorong Lara melakukan pencarian dan akhirnya membuka tabir rahasia besar tentang Sadie.

Suasana 20-an yang dibawa Sadie terasa kental menjadi bagian dari cerita. Saya jadi sedikit tahu fashion tahun 20-an, dan dansa yang ngehits di masa itu yang jadi kegemaran Sadie, yaitu dansa Charleston. Termasuk cara berdandan di masa itu yang sedikit digambarkan saat kencan pertama Lara dan Ed, cowok baru yang ditemukan Sadie. Kita patut bersyukur bahwa teknologi sudah sampai pada tahap seperti ini, sehingga tidak perlu menghanguskan rambut hanya untuk menjadikannya "bergelombang marcel" (yang dilakukan Sadie kepada Lara dengan paksaan).



Fashion tahun 20-an yang didominasi gaun berpotongan pinggang rendah dan hiasan kepala. 
Picture taken from here.




Dansa charleston kesukaan Sadie. Picture taken from here.


Tidak seperti buku Kinsella (dan chicklit) yang lainnya, Twenties Girl lebih memfokuskan diri pada hubungan Lara dan Sadie dibandingkan mereka dengan kisah cinta masing-masing. Kisah Lara dan Sadie dituturkan dengan manis, jujur, menyentuh, dan kocak. Bagian akhir membuat saya lebih bersemangat membaca, ketika sedikit demi sedikit rahasia besar Sadie terungkap. Di antara ketiga buku lainnya, bagi saya ini buku Kinsella paling menarik yang saya baca.

Untuk Twenties Girl, saya memberikan rating empat bintang. Review ini diikutsertakan dalam TBRR Pile's Reading Challenge.


post signature

2 comments:

  1. Wah, seru nih ada arwah antimainstream, alias gak serem. Saya belum pernah baca novel genre ini. Kapan-kapan harus nyoba baca chicklit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karakter Sadie yang seenaknya sendiri dan rada egois memang menarik, silakan dicoba baca Mbak. Cerita warm and light begini cocok untuk relaksasi. :)

      Delete